Melestarikan Babarit: Ungkapan Rasa Syukur dan Tradisi Leluhur


Sumber gambar: Dokumen pribadi Nabastala Sandyakala



Halo, sahabat blogger!

Tahukah kalian bahwa di tengah arus modernisasi yang terus berkembang, masih ada tradisi-tradisi lokal yang tetap menjadi akar kuat penjaga identitas budaya suatu daerah? Salah satunya adalah tradisi masyarakat Sunda yang masih lestari hingga kini, yaitu babarit—sebuah tradisi penuh makna yang dilakukan sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan atas hasil bumi, sekaligus permohonan keselamatan dari berbagai bencana.

 Apa Itu Babarit?


 Babarit adalah tradisi masyarakat Sunda yang digelar untuk mengungkapkan rasa terima kasih kepada Tuhan atas rezeki yang diberikan melalui alam, terutama hasil pertanian. Di beberapa daerah, tradisi ini juga dikenal dengan nama sedekah bumi. Pelaksanaannya biasanya melibatkan doa bersama, makan bersama, dan terkadang diiringi dengan pertunjukan kesenian tradisional. Namun, di beberapa daerah, babarit dilaksanakan secara lebih sederhana. Warga berkumpul (ngariung) di perempatan jalan, duduk melingkar sambil membawa makanan dari rumah masing-masing. Setiap rumah biasanya menyumbangkan minimal satu jenis makanan, seperti nasi tumpeng, nasi kuning, atau nasi uduk, disertai buah-buahan, minuman, dan makanan ringan lainnya. Makanan tersebut kemudian dikumpulkan, dan setelah doa dipanjatkan bersama, barulah warga menyantap hidangan tersebut secara bersama-sama.

 Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Waktu pelaksanaan babarit berbeda-beda tergantung pada adat dan kesepakatan masing-masing daerah. Di desaku, Sidamulih, Kabupaten Pangandaran, tradisi ini biasanya dilaksanakan pada bulan Hapit dan setiap malam Kliwon, yang dianggap sebagai waktu sakral dan selalu dilaksanakan di perempatan jalan.

 Makna dan Nilai Babarit 



Babarit bukan sekadar ritual atau tradisi turun-temurun. Ia memuat pesan-pesan sosial dan budaya yang kuat, antara lain: 

  • Mempererat silaturahmi antarwarga
  •  Mengajarkan rasa syukur dan rendah hati
  •  Melatih kebersamaan dan semangat gotong royong
  •  Menjaga warisan leluhur agar tetap hidup di tengah masyarakat modern 
  • Mencerminkan rasa cinta dan penghargaan terhadap alam sebagai sumber rezeki dan kehidupan

Menjaga Tradisi di Tengah Arus Modernisasi


Meskipun kehidupan kini berubah dengan cepat, teknologi semakin maju, dan gaya hidup pun bergeser, semoga generasi muda tetap menjaga dan melestarikan tradisi ini. Sebab, babarit bukan hanya budaya atau upacara semata. Ia adalah wujud rasa syukur kepada Tuhan, bentuk penghormatan terhadap alam, serta pengingat akan pentingnya kebersamaan dan identitas lokal. Mari kita jaga dan hidupkan terus warisan budaya yang indah ini, agar tidak lekang oleh waktu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Psoriasis: Penyakit Autoimun Yang Menyerang Kulit

Psoriasis Vulgaris: Penyebab, Gejala, dan Pengobatan

Munggahan: Tradisi Makan Bersama Sebelum Ramadan